Analisis Kesalahan
Berbicara pada Pidato Pemimpin
(Presiden
Susilo Bambang Yudoyono)
TUGAS
8
1.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada pidato yang disampaikan oleh
Presiden SBY, terdapat kesalahan pada
pembukaan pidatonya, yaitu Presiden SBY menggunakan kesalahan berbahasa dalam
penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir. Berikut kesalahannya:
Bentuk tidak baku:
·
Yang
sama-sama kita cintai, bapak Baharuddin Yusuf Habibie dan juga yang sama-sama
kita cintai bapak M. Jusuf Kala.
Bentuk
baku:
·
Yang
sama-sama kita cintai, bapak Baharuddin Yusuf Habibie dan bapak M. Jusuf Kala.
2.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Kesalahan
berikutnya terletak pada penggunaan usur yang berlebihan pula. Dimana Presiden menyampaikan kata “para” digunakan berulang kali. Berikut
kesalahan dan pengucapan yang bakunya:
Bentuk tidak baku:
·
Yang
saya hormati, saudara ketua, para wakil ketua, dan para anggota DPRI.
Bentuk
baku
·
Yang
saya hormati saudara ketua, wakil ketua, dan anggota DPRI.
3.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Kalimat yang Tidak Logis
Pada penyampaian
pidatonya, Presiden SBY menggunakan kalimat yang tidak logis, yaitu pada kata
“memanjatkan”. Seharusnya menggunakan kata yang benar adalah “mengucapkan”.
Berikut bentuk kalimat yang bakunya:
Bentuk tidak
baku
·
Saya
mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur
Bentuk
baku:
·
Saya
mengajak hadirin sekalian untuk mengucapkan puji dan syukur.
4.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada kalimat “Kehadirat Tuhan yang
Maha kuasa Allah Swt” merupakan kalimat yang menggunakan unsur yang berlebihan.
Karena kata yang digunakan sekaligus terdapat dalam kalimat tersebut. Berikut
kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·
Kehadirat
Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt.
Bentuk baku:
·
Kehadirat
Allah Swt.
5.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada isi pidato, Presiden SBY
menggunakan unsur yang berlebihan, Karena kata yang digunakan, sekaligus
terdapat dalam kalimat tersebut dan memiliki makna yang sama. Berikut
kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·
Pada
kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat Idul
Fitri 1 Syawal 1435 H.
Bentuk baku:
·
Pada
kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan selamat Idul Fitri 1
Syawal 1435 H.
6.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada kalimat
“Seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke” terdapat kesalahan pada
penyampaian Presiden SBY. Kesalahannya terletak pada penggunaan unsur yang
berlebihan. Kata pada kalimat tersebut mempunyai makna yang sama. Berikut
kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·
Seluruh
rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke.
Bentuk baku:
·
Seluruh
rakyat Indonesia
· Rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke.
7.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Kalimat yang Tidak Logis
Terdapat pula
kesalahan pada penggunaan usur yang berlebihan. Presiden SBY menggunakan
kalimat yang tidak logis, yaitu pada kata “pendek kata”. Seharusnya menggunakan
kata yang benar adalah “singkat kata”. Berikut kesalahan dan pengucapan yang
bakunya:
Bentuk
tidak baku:
·
Pendek
kata saudara-saudara, setelah tujuh dekade merdeka.
Bentuk baku:
·
Singkat
kata saudara-saudara, setelah dekade merdeka.
8.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada isi pidato
yang disampaikan Presiden SBY, terdapat kesalahan pada penggunaan unsur yang berlebihan.
Kalimat tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu pengulangan kata ”semakin”.
Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·
Indonesia
di abad ke 21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin merdeka, semakin
bersatu, semakin damai, semakin makmur, dan semakin demokratis.
Bentuk baku:
·
Indonesia
di abad ke 21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin merdeka, bersatu, damai,
makmur, dan domokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar