Senin, 17 November 2014

TUGAS 8 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PIDATO PEMIMPIN


Analisis Kesalahan Berbicara pada Pidato Pemimpin
(Presiden Susilo Bambang Yudoyono)
TUGAS 8
1.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada pidato yang disampaikan oleh Presiden  SBY, terdapat kesalahan pada pembukaan pidatonya, yaitu Presiden SBY menggunakan kesalahan berbahasa dalam penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir. Berikut kesalahannya:
Bentuk tidak baku:
·         Yang sama-sama kita cintai, bapak Baharuddin Yusuf Habibie dan juga yang sama-sama kita cintai bapak M. Jusuf Kala.
Bentuk baku:
·         Yang sama-sama kita cintai, bapak Baharuddin Yusuf Habibie dan bapak M. Jusuf Kala.

2.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Kesalahan berikutnya terletak pada penggunaan usur yang berlebihan pula. Dimana Presiden menyampaikan  kata “para” digunakan berulang kali. Berikut kesalahan dan pengucapan yang bakunya:


Bentuk tidak baku:
·         Yang saya hormati, saudara ketua, para wakil ketua, dan para anggota DPRI.
Bentuk baku
·         Yang saya hormati saudara ketua, wakil ketua, dan anggota DPRI.

3.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Kalimat yang Tidak Logis
            Pada penyampaian pidatonya, Presiden SBY menggunakan kalimat yang tidak logis, yaitu pada kata “memanjatkan”. Seharusnya menggunakan kata yang benar adalah “mengucapkan”. Berikut bentuk kalimat yang bakunya:
Bentuk tidak baku
·            Saya mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur
Bentuk baku:
·            Saya mengajak hadirin sekalian untuk mengucapkan puji dan syukur.

4.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada kalimat “Kehadirat Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt” merupakan kalimat yang menggunakan unsur yang berlebihan. Karena kata yang digunakan sekaligus terdapat dalam kalimat tersebut. Berikut kalimatnya:
     Bentuk tidak baku:
·            Kehadirat Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt.
Bentuk baku:
·            Kehadirat Allah Swt.
5.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada isi pidato, Presiden SBY menggunakan unsur yang berlebihan, Karena kata yang digunakan, sekaligus terdapat dalam kalimat tersebut dan memiliki makna yang sama. Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·         Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri 1 Syawal 1435 H.
Bentuk baku:
·         Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan selamat Idul Fitri 1 Syawal 1435 H.

6.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada kalimat “Seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke” terdapat kesalahan pada penyampaian Presiden SBY. Kesalahannya terletak pada penggunaan unsur yang berlebihan. Kata pada kalimat tersebut mempunyai makna yang sama. Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·      Seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke.
Bentuk baku:
·      Seluruh rakyat Indonesia
·      Rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke.
7.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Kalimat yang Tidak Logis
              Terdapat pula kesalahan pada penggunaan usur yang berlebihan. Presiden SBY menggunakan kalimat yang tidak logis, yaitu pada kata “pendek kata”. Seharusnya menggunakan kata yang benar adalah “singkat kata”. Berikut kesalahan dan pengucapan yang bakunya:
Bentuk tidak baku:
·         Pendek kata saudara-saudara, setelah tujuh dekade merdeka.
Bentuk baku:
·         Singkat kata saudara-saudara, setelah dekade merdeka.

8.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada isi pidato yang disampaikan Presiden SBY, terdapat kesalahan  pada penggunaan unsur yang berlebihan. Kalimat tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu pengulangan kata ”semakin”. Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·         Indonesia di abad ke 21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin merdeka, semakin bersatu, semakin damai, semakin makmur, dan semakin demokratis.
Bentuk baku:
·         Indonesia di abad ke 21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin merdeka, bersatu, damai, makmur, dan domokratis.


DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar