Senin, 17 November 2014

10 TUGAS ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA


ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
SUCI VIANTY LEOVIKA
126211921
5F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI PADA BUNGKUS MAKANAN
TUGAS 1
1.   Kesalahan Pelafalan karena Perubahan Fonem
1.1        Perubahan Fonem Vokal
a)   Fonem /e/ menjadi a/
Pada gambar bungkus makanan di samping, tertera tulisan “Camilan”. Kata “Camilan” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “Cemilan”. Pelafalan ini merupakan perubahan fonem vokal /e/ menjadi vokal /a/. Dalam Depdiknas (2008:239) kata “Cemilan“ adalah n makanan kecil (kue,kolak,dsb); penganan; kudapan.  Jadi, penulisan yang benar adalah “Cemilan & Lauk”.

b)    Fonem /u/  menjadi /oe/
      Pada gambar kemasan makanan di samping, tertera tulisan “koepoe-koepoe”. Kata “koepoe-koepoe” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “kupu-kupu”. Pelafalan ini merupakan perubahan fonem /u / menjadi /oe/. Dalam Depdiknas (2008:760) kata “kupu-kupu” adalah n  serangga bersayap lebar, umumnya berwarna cerah, berasal dari kepompong ulat, dapat terbang, biasanya hinggap di bunga untuk menghisap madu.  Jadi, penulisan yang benar adalah “kupu-kupu”.

c)      Fonem vokal /a/ menjadi /e/ dan perubahan konsonan /s/ menjadi /z/
Pada gambar kemasan makanan di samping, tertera tulisan “gemez”. Kata “gemez” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “gemas”. Pelafalan ini merupakan perubahan vokal /a/ menjadi /e/ dan perubahan konsonan /s/ menjadi /z/. Dalam Depdiknas (2008:435) kata “gemas” adalah a  1 sangat jengkel (marah) di hati; 2 sangat suka (cinta) bercampur jengkel; jengkel-jengkel cinta.  Jadi, penulisan yang benar adalah “gemas”.






d)     Fonem vokal /a/ menjadi /e/
Pada gambar bungkus permen di samping, tertera tulisan “Asem”. Kata “Asem” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “Asam”. Pelafalan ini merupakan perubahan fonem vokal /a/ menjadi vokal /e/. Dalam Depdiknas (2008:90) kata “Asam“ adalah 1 n pohon yang besar batangnya, daunnya kecil-kecil, buahnya berpolong-polong, dan masam rasanya. Jadi, penulisan yang benar adalah “kurang asam”.

e)   Perubahan fonem vokal /u/ menjadi /o/
Pada gambar kemasan makanan di samping, tertera tulisan “keropok”. Kata “keropok” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “kerupuk”. Pelafalan ini merupakan perubahan vokal /u/ menjadi /o/. Dalam Depdiknas (2008:686) kata “kerupuk” adalah n makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak, dijemur agar mudah digoreng. Jadi, penulisan yang benar adalah “Kerupuk Udang”.

f)       Perubahan fonem /ai/ menjadi /e/
Pada gambar kemasan mi instan di samping, tertera tulisan “cabe”. Kata “cabe” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “cabai”. Pelafalan ini merupakan perubahan fonem /ai/ menjadi /e/. Dalam Depdiknas (2008:760) kata “cabai” adalah n 1 tanaman perdu yang buahnya berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing, apabila sudah tua berwarna merah kecokelat-cokelatan atau hijau tua, berisi banyak biji yang pedas rasanya. Jadi, penulisan yang benar adalah “kupu-kupu”; 2 buah cabai (bisa dibuat sambal atau campuran sayur).

1.2     Perubahan Fonem Konsonan
a)   Perubahan fonem konsonan /g/ menjadi /k/
Pada gambar bungkus permen di samping, tertera tulisan “donk”. Kata “donk” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “dong”. Pelafalan ini merupakan perubahan fonem konsonan /g/ menjadi  konsonan /k/. Dalam Depdiknas (2008:340) kata “dong” adalah p cak kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut.  Jadi, penulisan yang benar adalah “senyum dong”.

2.   Kesalahan Pelafalan karena Penghilangan Fonem
2.1     Penghilangan Fonem Vokal
a)   Penghilangan fonem /e/
Pada gambar kemasan makanan ringan di samping, tertera tulisan “coklat”. Kata “coklat” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, seharusnya penulisan yang benar adalah “cokelat”. Pelafalan ini merupakan termasuk pada kategori penghilangan fonem /e/. Dalam Depdiknas (2008:272) kata “cokelat” adalah n 1 merah kehitam-hitaman seperti warna sawo matang; 2 mengandung warna cokelat. Jadi, penulisan yang benar adalah “cokelat”.




2.2     Penghilangan Fonem Konsonan
a)   Penghilangan fonem /k/ dan perubahan fonem /s/ menjadi /c/
Pada gambar bungkus permen di samping, tertera tulisan “maacih”. Kata “maacih” dalam kaidah bahasa Indonesia tidak benar, karena maacih itu merupakan bahasa fokem atau bahasa gaul, seharusnya penulisan yang benar adalah “makasih”. Alangkah baiknya kata “makasih” ini dilengkapi dengan kata “terima”, diletakkan pada awal kata “makasih”. Sehingga menjadi bentuk kata baku menjadi “terimakasih”. Pelafalan ini merupakan termasuk pada kategori penghilangan fonem /k/ dan perubahan fonem /s/ menjadi /c/. Dalam Depdiknas (2008:1451) kata “terimakasih” adalah n rasa syukur. Jadi, penulisan yang benar adalah “terimakasih”.

3.   Kesalahan Pelafalan karena Penambahan Fonem
3.1     Penambahan Fonem Vokal
a)   Penambahan fonem / a /
Pada kemasan mi yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “Sedaap”. Penulisan sedaap ini termasuk pada kategori penambahan fonem vokal /a/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “Sedap”. Dalam Depdiknas (2008:1237) kata sedap adalah a 1 Enak (nyaman, senang) tentang perasaan pada umumnya; 2 Harum; 3 Lezat.

b)   Penambahan fonem / i /
Pada kemasan makanan ringan yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “Siip”. Penulisan siip ini termasuk pada kategori penambahan fonem vokal /i/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “Sip”. Dalam Depdiknas (2008:1316) kata sip adalah a cak 1 bebas atau terlindung dari bahaya; aman; 2 bebas dari kemungkinan menderita kerugian, kehilangan, kerusakan, dsb; terjamin; 3 bebas dari ketidakpastian; mantep, elok, baik, sempurna.

c)   Penambahan fonem vokal /u/ dan penghilangan fonem  vokal /e/
Pada kemasan mi instan yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “kriuuk”. Penulisan kriuuk ini termasuk pada kategori penambahan fonem vokal /u/ dan penghilangan fonem vokal /e/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “keriuk”. Dalam Depdiknas (2008:681) keriuk adalah n tiruan bunyi ayam jantan berkokok.

Pada kemasan makanan ringan yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “Saluut”. Penulisan saluut ini termasuk pada kategori penambahan fonem vokal /u/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “Salut”. Dalam Depdiknas (2008:1211) kata 1salut adalah n 1 sampul; sarung; pembungkus; selongsong; 2 wadah pelindung. 2salut adalah n hormat; penghormatan.

d)  Penambahan fonem / o /
 Pada kemasan permen yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “Bom”. Penulisan bom ini termasuk pada kategori penambahan fonem vokal /o/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “Bom”. Dalam Depdiknas (2008:205) kata 1bom adalah n senjata yang berbentu seperti peluru besar yang berisi bahan peledak untuk menimbulkan kerusakan besar. 2bom adalah n 1  kayu penarik pedati (dokar dsb); 2 kayu palang (perintang pelabuhan); 3 pelabuhan; pabean. 3bom adalah Bk n tombak yang dipakai untuk mas kawin.

Pada kemasan makanan ringan yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “oops”. Penulisan oops ini termasuk pada kategori penambahan fonem vokal /o/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “ops”. Dalam Depdiknas tidak  tertera pengertian ops di dalamnya.

3.2        Penambahan Fonem Konsonan
a)   Penambahan  fonem /c/
Pada gambar bungkus permen di samping, tertera tulisan “Lucu Dech”. Kata “lucu”, dalam kaidah bahasa Indonesia sudah benar, tetapi pada penulisan “dech” tidak benar. Dalam Depdiknas (2008:844) kata “lucu“ adalah a menggelikan hati; menimbulkan tertawa; jenaka, sedangkan kata “dech” tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, seharusnya dituliskan dengan tulisan “deh”. Dalam Depdiknas (2008:304) kata deh adalah p kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara. Jadi, penulisan yang benar adalah “Lucu Deh”.

a)   Penambahan fonem / l /
Pada kemasan agar-agar yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “Nutrijell”. Penulisan nutrijell ini termasuk pada kategori penambahan fonem konsonan /l/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “Nutrijel”. Dalam Depdiknas tidak terdapat pengertian dari nutrijel.

b)   Penambahan fonem /h/
Pada kemasan makanan yang terdapat pada gambar di samping tertera tulisan “Ahh”. Penulisan Ahh ini termasuk pada kategori penambahan fonem konsonan /h/. Seharusnya bentuk baku dari penulisan tersebut adalah “Ah”. Dalam Depdiknas (2008:18) kata Ah adalah  p kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju.













DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

















ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH GAUL EDISI 35
TUGAS 2
Pada Majalah Gaul edisi 35, ini masih terdapat kesalahan dalam segi bahasa tulis, dimana kesahan tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
          







                  Pada Majalah Gaul edisi 35 halaman dua, terdapat kesalahan pada penyingkatan Morf men-, me-, meng. Kesalahan pertama pada kata “ngikutin”, kata tersebut merupakan penyingkatan morf meng-, jadi bentuk baku yang benar adalah “mengikuti”, dalam Depdiknas (2008:523) kata mengikuti adalah v 1 menurutkan (sesuatu yang berjalan di depan , yang telah ada); mengiringi; menyertai, 2 turut belajar atau mendengarkan, 3 memperhatikan.
Kesalahan kedua terletak pada kata “ngerasa”, kata tersebut merupakan penyingkatan morf me-, jadi bentuk baku yang benar adalah “merasa”. Dalam Depdiknas (2008:1145), kata merasa adalah v 1 mengalami rangsangan yang mengenai (menyenyuh) indra (seperti yang dialami lidah, kulit, dan badan); 2 mengalami rasa dalam hati.
Kesalahan ketiga terdapat pada kata “nentuin”, kata tersebut merupakan penyingkatan morf me-. Bentuk baku yang benar adalah “menentukan”. Keempat, terdapat pula kesalahan penulisan “ngejalanin”, kata tersebut termasuk pada penyingkatan morf men-. bentuk baku yang benar adalah “menjalani”.
Pada halaman dua juga terdapat kesalahan pada bentuk dasar yang tidak tepat, terdapat pada kata “emang”. Bentuk baku yang benar dalam kata tersebut adalah “memang”. Selain itu, ada pula kata “banget” dalam bentuk baku, kata banget diubah menjdi “sekali”. Pada kata “udah” juga salah, penulisan bentuk baku yang benar adalah “sudah”. Selain kata “sudah”, pada halaman 2 juga terdapat kesalahan pada bentuk dasar, yaitu pada kata “bareng”. Bentuk baku yang benar adalah “bersama”.













Halaman tiga  terdapat kesalahan pada kata ngasih, bakal, kalo, ngajak, deket, banget, ngungkapin, dan gak. Kata tersebut mengacu pada kesalahan berbahasa tataran morfologi dalam penyingkatan morf dan kesalahan pada bentuk dasar yang tidak tepat. Kata ngasih dalam bentuk baku seharusnya mengasih dan ini merupakan penyingkatan morf me-. Dalam Depdiknas (2008:631), mengasih adalah v member. Kata bakal dalam bentuk baku seharusnya menjadi akan. Kesalahan ini merupakan bentuk dasar yang tidak tepat.
Kata kalo, deket, banget, dan gak termasuk dalam kategori kesalahan pada bentuk dasar yang tidak tepat. Bentuk baku dari kata tersebut adalah kalau, dekat, sekali, dan tidak. Dalam depdiknas (2008:607), kalau adalah p 1 kata penghubung untuk menandai syarat, 2 seandainya, 3 bagi; adapun. Depdiknas (2008:305), dekat adalah a 1 pendek, tidak jauh; 2 hampir; 3 berhampiran; 4 akrab; 5 menjelang. Depdiknas (2008:1242), sekali adalah adv satu kali. Depdiknas (2008:1460), tidak adalah adv partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan.
Pada halaman sebelas terdapat kesalahan pada bentuk dasar yang tidak tepat di penulisan kata temen, udah, ditutupin, diminumin, dan belom. Bentuk baku dari kata tersebut adalah teman, sudah, ditutupkan, diminumkan, dan belum. Dalam Depdiknas (2008:1429) teman adalah n 1 kawan; sahabat 2 orang yang bersama-sama bekerja. Depdiknas (2008:1346) sudah adalah adv 1 telah jadi; telah sedia; selesai, 2 habis; berakhir, 3 telah lalu, 4 cuplikan sekian saja. Depdiknas (2008:1510) tutup adalah n benda yang menjadi alat untuk membatasi suatu tempat sehingga tidak terlihat isinya, tidak dapat dilewati, terjaga keamanannya. Depdiknas (2008:917) diminumkan adalah v diberikan minuman sesuatu. Depdiknas (2008:166) belum adalah adv masih dalam keadaan tidak.

















Pada gambar di atas terdapat kesalahan pada bentuk dasar yang tidak tepat di penulisan kata bete dan dateng. Kesalahan tersebut termasuk dalam kategori bentuk dasar yang tidak tepat. Bentuk baku yg benar adalah kesal dan datang. Dalam depdiknas (2008:686) kesal adalah a 1 mendongol; sebal, 2 kecewa, 3 tidak suka lagi; jemu. Depdiknas (2008:297) datang adalah v tiba di tempat yang dituju.
Terdapat pula kesalahan pada penyingkatan morf me-, pada kata lakuin, ngurangin, ngebedain. Bentuk baku yang benar adalah melakukan, mengurangi dan membedakan.




Pada halaman 10 di atas terdapat kesalahan pada bentuk dasar yang tidak tepat, di penulisan kata seneng, coz, temen-temen, kalo, disiapin, sampe, pingin, dan gitu.  Bentuk baku yang benar adalah senang, soalnya, teman-teman, kalau, disiapkan, sampai, ingin, dan begitu. Depdiknas (2008:1267) senang adalah a 1 puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa; 2 betah; 3 berbahagia; 4 suka; 5 sayang; 6 dalam keadaan baik; 7 mudah. Depdiknas (2008:607) kalau adalah p 1 kata penghubung untuk menandai syarat; 2 seandainya; 3 bagi. Depdiknas (2008:1216) sampai adalah v 1 mencapai; datang; tiba, 2 terbatas; 3 terlaksana; 4 cukup; 5 lebih dari; 6 hingga; 7 mencapai tujuan. Depdiknas (2008:536) ingin adalah adv  hendak; mau; berhasrat. Depdiknas (2008:156) begitu adalah pron 1 seperti itu; demikian itu.




ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA KORAN RIAU POS MINGGU, 20 JULI 2014
TUGAS 3
Pada koran Riau Pos ini masih terdapat kesalahan dalam segi bahasa tulis, dimana kesahan tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
1.      Adanya Pengaruh Bahasa Daerah
Pada koran Riau Pos halaman 15, tanggal 20 Juli 2014 terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena pengaruh bahasa daerah, yaitu pada kata “kesemrawutan”. Kata kesemrawutan merupakan suatu dialek bahasa Jawa. Dalam Depdiknas (2008:1265) kesemrawutan adalah keadaan semrawut, kacau balau (tidak teratur).
Bentuk tidak baku
a)      Dengan kondisi jalan yang tidak baik, maka akan mengakibatkan kesemrawutan lalu lintas bagi pengguna jalan.
Bentuk baku
a)      Dengan kondisi jalan yang tidak baik, maka akan mengakibatkan ketidak teraturan lalu lintas bagi pengguna jalan.


2.      Penggunaan Istilah Asing
            Pada halaman 15, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan istilah asing, dimana tertera kesalahan penulisan pada kata  stand by yang merupakan bahasa Inggris, memiliki arti siap.
Bentuk tidak baku
a)      Kemudian jika ada insiden, alat berat sudah kita stand by kan.
Bentuk baku
a)      Kemudian jika ada insiden, alat berat sudah kita siap kan.











3.      Penjamakan yang Ganda
            Pada halaman 1, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penjamakan yang ganda, sehingga terjadi bentuk yang kacau. Kesalahan ini terdapat pada penulisan “janji-janji masing-masing”.
Bentuk tidak baku
a)      Dalam keadaan begitu pula, janji-janji masing-masing calon presiden, didengar dan disimak kembali.
Bentuk baku
a)      Dalam keadaan begitu pula, janji masing-masing calon presiden, didengar dan disimak kembali.








4.      Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada halaman 13, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Kesalahan penulisannya terdapat pada kata “tercabik dan terkoyak”. Dalam Depdiknas (2008:231) tercabik mempunyai arti terkoyak, tersobek, terobek. Sedangkan terkoyak dalam Depdiknas (2008:739) memiliki arti cabik, robek, sobek.

Bentuk tidak baku
a)         Semua yang mulai tercabik dan terkoyak dari anak bangsa ini, bisa tersulam indah dalam silatrahmi Idul Fitri
Bentuk baku
a1)    Semua yang mulai tercabik dari anak bangsa ini, bisa tersulam indah dalam silatrahmi Idul Fitri.
a2)    Semua yang mulai terkoyak dari anak bangsa ini, bisa tersulam indah dalam silatrahmi Idul Fitri.


5.      Susunan Kata yang Tidak Tepat
Pada halaman 5, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena susunan kata yang tidak tepat. Salah satu kesalahan dalam susunan kata yaitu pengaruh bahasa asing. Pada koran Riau Pos ini terdapat kesalahan pada penulisan “dapat segera”.





 


Bentuk tidak baku
a)      Beliau mendesak aparat kepolisian segera dapat menangkap dan mengadili pelaku.
Bentuk baku
a)      Beliau mendesak aparat kepolisian dapat segera menangkap dan mengadili pelaku.



6.      Penjamakan yang Ganda
Pada halaman 1, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penjamakan yang ganda, sehingga terjadi bentuk yang kacau.
Bentuk tidak baku
a) Putri merupakan satu-satunya perwakilan Riau yang berhasil masuk dalam babak lima besar. (halaman 1, paragraf 2)
bentuk baku
a)      Putri merupakan perwakilan Riau yang berhasil masuk dalam babak lima besar.









7.      Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada halaman 1, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “dampak pada adanya”.
Bentuk tidak baku
a) Idealnya dalam prespektif ekonomi, ramadan memberi dampak pada adanya pemerataan pendapatan.
Bentuk baku
a) Idealnya dalam prespektif ekonomi, ramadan memberi dampak pada pemerataan pendapatan.








8.      Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada halaman 3 paragraf kedua, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “sebab musababnya”.
Bentuk tidak baku
a) Dia menjelaskan, kebocoran itu pasti ada sebab musababnya, namun pihaknya enggan menyimpulkan lebih jauh.



Bentuk baku
a)      Dia menjelaskan, kebocoran itu pasti ada sebabnya, namun pihaknya enggan menyimpulkan lebih jauh.





9.      Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada halaman 1 paragraf keempat, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “dengan fasihnya dan dengan”.
Bentuk tidak baku
a)      Putri dengan fasihnya dan dengan merdunya melantunkan lagu yang mempunyai lirik Every night in my dreams, I see you, I feel you That is how I know you go on. (halaman 1, paragraf 4)
Bentuk baku
a)      Putri dengan fasihnya dan merdunya melantunkan lagu yang mempunyai lirik Every night in my dreams, I see you, I feel you That is how I know you go on.


10.  Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada halaman 2 paragraf ketiga, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “kejadian peristiwa”
Bentuk tidak baku
a) Karena takut, Fauzi Cs akhirnya mengabarkan kejadian peristiwa itu kepada keluarganya di Aliantan lewat ponsel.




Bentuk baku
a1) Karena takut, Fauzi Cs akhirnya mengabarkan kejadian itu kepada keluarganya di Aliantan lewat ponsel.
a2) Karena takut, Fauzi Cs akhirnya mengabarkan peristiwa itu kepada keluarganya di Aliantan lewat ponsel.



11.  Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Pada halaman 2 paragraf kelima, judul koran “2 Desa Bentrok Massal di Rohul” terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “sekitar”,
Bentuk tidak baku
a) Sekitar pukul 21.30 Wib sekitar 400 massa datang dari Aliantan.
Bentuk baku
a) Sekitar pukul 21.30 Wib, 400 massa datang dari Aliantan.











12.    Penjamakan yang Ganda
Pada halaman 17, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penjamakan yang ganda, sehingga terjadi bentuk yang kacau.
Bentuk tidak baku
a) Disamping model-model hijab yang bermacam-macam telah ‘membius’ remaja untuk memakainya.
Bentuk baku
a) Di samping model hijab yang bermacam-macam telah ‘membius’ remaja untuk memakainya.









13.    Penjamakan yang Ganda
Pada halaman 17, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penjamakan yang ganda, sehingga terjadi bentuk yang kacau. Terdapat kesalahan pada penulisan “banyak lomba-lomba”.
Bentuk tidak baku
a) Banyak lomba-lomba mencari bakat modeling yang mengenakan busana muslim digelar.
Bentuk baku
a) Banyak lomba mencari bakat modeling yang mengenakan busana muslim digelar.










14.  Penggunaan Istilah Asing
            Pada halaman 19, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan istilah asing, dimana terdapat kesalahan penulisan pada kata  skill yang merupakan bahasa Inggris, memiliki arti keterampilan.
Bentuk tidak baku
a) Parahnya, pendatang tersebut tidak didominasi mereka yang memiliki skill melainkan mereka yang dengan modal nekat untuk datang.
Bentuk baku
a)      Parahnya, pendatang tersebut tidak didominasi mereka yang memiliki keterampilan melainkan mereka yang dengan modal nekat untuk datang.







15.     Adanya Pengaruh Bahasa Daerah
Pada halaman 19, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena  pengaruh bahasa daerah, yaitu pada kata “basamo”. Kata basamo merupakan suatu dialek bahasa Minang. Dalam bahasa Indonesia, basamo memiliki arti “bersama”.
Bentuk tidak baku
a) Untuk mudik basamo, dikatakan Dir Binmas Kombes Pol Drs Sugiyono SH MH, pihak kepolisian sudah mengkoordinasikannya dengan dinas perhubungan, pemerintah daerah.
Bentuk baku
a) Untuk mudik basamo, dikatakan Dir Binmas Kombes Pol Drs Sugiyono SH MH, pihak kepolisian sudah mengkoordinasikannya dengan dinas perhubungan, pemerintah daerah.




16.     Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada halaman 19, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “dengan penerbangan dengan pesawat”.
Bentuk tidak baku
a) Raisa menjadi salah satu selebriti yang resah dengan penerbangan dengan pesawat.
Bentuk baku
a) Raisa menjadi salah satu selebriti yang resah dengan penerbangan pesawat.










17.  Penggunaan Istilah Asing
            Pada halaman 22 paragraf pertama, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan istilah asing, dimana terdapat kesalahan penulisan pada kata  junk food yang merupakan penggunaan bahasa Inggris, memiliki arti masakan siap saji.
Bentuk tidak baku
a)      Selain dapat meningkatkan nafsu makan terutama junk food, ada sejumlah masalah kesehatan yang berkaitan dengan kurang tidur.

Bentuk baku
a)      Selain dapat meningkatkan nafsu makan terutama masakan siap saji, ada sejumlah masalah kesehatan yang berkaitan dengan kurang tidur.







18.  Penggunaan Istilah Asing
            Pada halaman 22, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan istilah asing, dimana terdapat kesalahan penulisan pada kata  tart yang merupakan penggunaan bahasa Inggris, memiliki arti kue.
Bentuk tidak baku
a)      Bahwa minum jus ceri yang bisa digunakan untuk tart dapat menghasilkan durasi dan kualitas tidur pada orang dewasa yang menderita insomnia kronis.


Bentuk baku
a)   Bahwa minum jus ceri yang bisa digunakan untuk kue dapat menghasilkan durasi dan kualitas tidur pada orang dewasa yang menderita insomnia kronis.







19.  Kalimat yang Tidak Logis
            Pada halaman 22, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena kalimat yang tidak logis, dimana terdapat kesalahan penulisan pada kata “dilawan”. Kata dilawan seharusnya diubah menjadi “diganti”.
Bentuk tidak baku
a) Oleh karena itu, apabila anda penyuka minuman diuretic seperti bird an kopi, hendaknya dilawan dengan makanan dengan kandungan kalium tinggi seperti ubi jalar.
Bentuk baku
a) Oleh karena itu, apabila anda penyuka minuman diuretic seperti bird an kopi, hendaknya diganti dengan makanan  kandungan kalium tinggi seperti ubi jalar.







20.  Kalimat yang Tidak Logis
            Pada halaman 37, terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena kalimat yang tidak logis, dimana terdapat kesalahan penulisan pada kata “dilayangkan”. Kata dilayangkan seharusnya diubah menjadi “diberikan”.
Bentuk tidak baku
a)      Contoh, pada 2009, titik api di gambut Sumsel 1.961, banyak protes dilayangkan kepada pemerintah maupun perusahaan.


Bentuk baku
a) Contoh, pada 2009, titik api di gambut Sumsel 1.961, banyak protes diberikan kepada pemerintah maupun perusahaan.








21.     Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada halaman 42, paragraf pertama terdapat kesalahan berbahasa dari segi penulisan karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir,  kata-kata tersebut mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Terdapat kesalahan pada penulisan “berbagai program”
Bentuk tidak baku
a)      Berbagai program dalam mewujudkan komitmen tersebut berbagai program kegiatan baik itu dilingkungan dalam dan di luar kawasan kampus.



Bentuk baku
a)      Berbagai program dalam mewujudkan komitmen kegiatan tersebut baik itu dilingkungan dalam dan di luar kawasan kampus.






DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


















Analsisis Kesalahan Berbahasa Tataran Semantik
Blogger Mahasiswa Satu Kelas
TUGAS 4
A.    Kesalahan Berbahasa pada Penggunaan Kata Separo
Pada blogger Seh Panglipur, terdapat kesalahan pada kata separo. Kata separo ini terdapat dalam kalimat  dibawah ini
1.      Aku mendapat kabar dari sahabatku bahwa dia kini dekat dengan seorang perumpuan. Tapi separo dari kebahagiaan itu aku merasa sakit yang teramat dalam.
Kata tersebut merupakan kesalahan dalam penggunaan kata separo dan setengah. Seharusnya dalam kalimat tersebut lebih tepat menggunakan kata setengah daripada separo. Depdiknas (2008:1439), kata setengah adalah num 1 seperdua; separuh, 2 sebagian. 3 belum sempurna, 4 agak gila; kurang waras (pikiran, otak, akal). Kata separo merupakan numeralia yang menyatakan “seperdua”. Jadi, bentuk baku dari kata yang terdapat pada blogger She Panglipur adalah setengah.





















DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


















TUGAS 5
Analsisis Kesalahan Berbahasa Tataran Wacana Wibe Site Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI)

Pada Wibe Site Universitas Muhammadiah Riau, terdapat kesalahan pada tataran wacana, di mana kalimat tersebut termasuk pada kesalahan dalam konjungsi, yaitu pada kalimat:
a)      Selain menggandeng Universitas Muhammadiyah Riau, Jasa Raharja juga menggandeng mitra kerjanya seperti Dirlantas Polda Riau yang diwakili AKBP Elvanis, Dinas Perhubungan Provinsi Riau KAUPPK Ir. Ajie Patagama, Ketua Organda Riau HM Nasir SH, dan Akademisi dan Pengamat Transportasi Aidil Haris S.Sos M.Si.
Kata yang bercetak miring akan lebih tepat jika konjungsi-konjungsi tersebut dapat diganti menjadi kalimat yang tepat, kata dan pertama sebaiknya diganti dengan kata serta. Berikut wacana dalam bentuk bakunya:
a) Selain menggandeng Universitas Muhammadiyah Riau, Jasa Raharja juga menggandeng mitra kerjanya seperti Dirlantas Polda Riau yang diwakili AKBP Elvanis, Dinas Perhubungan Provinsi Riau KAUPPK Ir. Ajie Patagama, Ketua Organda Riau HM Nasir SH, serta Akademisi dan Pengamat Transportasi Aidil Haris S.Sos M.Si.
Kesalahan kedua terdapat pula pada blogger UMRI, yaitu kesalahan berbahasa tataran wacana. Perhatikan wacana dibawah ini:
a)    Selain itu, sebelum pelaksanaan wisuda, mereka terlebih dahulu telah dibekali dengan kegiatan pembekalan jiwa kewirausahaan selama dua hari. Agar mental menciptakan lapangan kerja, bukan menjadi PNS. Serta kegiatan Baitul Arkom yaitu, pemberian nilai-nilai kemuhammadiyahan dan penyiapan kader-kader Muhammadiyah.
Kalimat atau wacana tersebut merupakan kalimat yang kurang efektif. Ketidak efektifan wacana tersebut terletak pada kata dan. Seharusnya kata dan tersebut di gnti dengan kata dalam.  Dengan demikian perbaikan dari wacana di atas adalah :
a.       Selain itu, sebelum pelaksanaan wisuda, mereka terlebih dahulu telah dibekali dengan kegiatan pembekalan jiwa kewirausahaan selama dua hari. Agar mental menciptakan lapangan kerja, bukan menjadi PNS. Serta kegiatan Baitul Arkom yaitu, pemberian nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam penyiapan kader-kader Muhammadiyah.













DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.


















Analsisis Kesalahan Berbahasa Tataran Ejaan Yang Disempurnakan pada Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Sendratasik Universitas Islam Riau
TUGAS 6
Terdapat kesalahan penulisan pada tataran ejaan yang disempurnakan pada isi latar belakang skripsi mahasiswa sendratasik Universitas Islam Riau yang bernama Sri Rahayu, npm : 086711332, dengan judul Pembinaan Seni Tari Kreasi Hujan Rintik-Rintik pada Anak Usia Dini di  TK An-Namiroh 6 Kota Pekanbaru Provinsi Riau, berikut akan dijelaskan:
1.      Kesalahan Penulisan Huruf Kapital dan Penggunaan Tanda Petik

Pada paragraf di atas terdapat kesalahan pada kalimat pertama, yaitu kesalahan penulisan huruf kapital dan penggunaan tanda petik. Penulisan yang benar seharusnya Edi Sedyawati mengatakan bahwa “Pembinaan merupakan usaha-usaha yang meliputi: pemeliharaan, pengelolaan, penyelamatan, dimana termasuk pula usaha-usaha pemberian bimbingan, pengarahan, penelitian, penggalian, pencatatan, dan peningkatan mutu. Semua itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, juga dapat merupakan serangkaian usaha yang dilaksanakan kontinyu”. Jadi, setelah tanda petikan pembuka harus menggunakan huruf kapital, yaitu pada kata “Pembinaan”, setelah itu diberi tanda petikan penutup setelah kata kontinyu (kontinyu”).

2.      Kesalahan Penulisan Preposisi di-
Terdapat dua kesalahan pada paragraf di atas, yaitu kesalahan penulisan preposisi di-. Kata depan di ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali di dalamnya gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata. Kata tersebut di tulis terpisah karena kata tersebut menunjukkan kata tempat. Jadi penulisan yang benar adalah di sekolah dan di luar.



3.      Kesalahan Penulisan Tanda Hubung (-)

            Pada paragraf di atas, terdapat kesalahan penulisan tanda hubung (-), karena tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris, dan tanda hubung juga dapat digunakan untuk menunjukkan angka, contohnya: tahun 1990-an, 1-10. Jadi penulisan yang salah pada paragraf di atas seharusnya menggunakan tanda titik dua (:), karena penulisan pada paragraf tersebut termasuk pada kutipan yang terdiri dari tahun buku dan halaman buku. Jadi penulisan yang benar adalah (2005:73).






4.      Kesalahan Kata di dan Penulisan Nama Orang
Pada kalimat di atas terdapat kesalahan yang merupakan penggunaan kata di dan penulisan nama orang, seharusnya penulisan kata di  tidak perlu digunakan dua kali, jadi penulisan yang benarnya adalah diambil. Terdapat pula kesalahan pada penlisan nama orang, seharusnya penggunaan nama orang tersebut menggunakan huruf kapital. Jadi, penulisan yang benar adalah Tasya.

5.      Kesalahan Penulisan Huruf Kapital  dan Penggunaan Tanda Penyingkat (Apostrof)

Penulisan pada paragraf di atas masih terdapat kesalahan dari segi penulisan huruf kapital, karena pada tulisan nama hari yang dituliskan di atas, tidak  menggunakan huruf kapital. Jadi, penulisan yang benar adalah menggunakan huruf kapital pada penempatan nama hari. Kesalahan kedua juga terdapat pada penggunaan tanda penyingkat atau apostrof (‘), karena pada penulisan hari Jumat di atas menggunakan tanda penyingkat tersebut. Dalam kaidah bahasa Indonesia, penggunaan tanda penyingkat tersebut tidak dipakai untuk penulisan Jumat. Jadi, penulisan yang benar adalah Jumat.
Pada paragraf berikutnya, terdapat pula kesalahan pada penulisan kata “seni”, seharusnya penulisan kata seni menggunakan huruf kapital, sebab pada kalimat “Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembinaan Seni Tari Kreasi di TK An Namiroh 6 Pekanbaru” keseluruhannya hampir menggunakan huruf kapital, jadi kata “Seni” wajib menggunakan huruf kapital, tetapi tidak pada penggunaan kata di, sebab di tergolong pada preposisi. Semua yang termasuk dalam preposisi tidak menggunakan huruf kapital. Jadi, penulisan yang benar adalah Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembinaan Seni Tari Kreasi di TK An Namiroh 6 Pekanbaru Provinsi Riau.






6.      Kesalahan Penulisan Preposisi dari






Pada paragraf di atas terdapat kesalahan penulisan preposisi dari, karena pada awal kalimat tidak dibolehkan menggunakan preposisi. Jadi, penulisan yang benar pada paragraf di atas adalah Penjelasan di atas terlihat usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam mengembangkan pembinaan seni tari kreasi di TK An Namiroh 6.

7.     



Kesalahan Penulisan Setelah Tanda Titik
            Pada paragraph di atas terdapat kesalahan pada kalimat ketiga. Seharusnya setelah menggunakan tanda baca titik (.), wajib diberikan spasi untuk memulai kalimat yang baru, dan setelah spasi, menggunakan huruf kapital. Jadi, penulisan yang benar adalah (1994:72). Selanjutnya.



















DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempirnakan. Jakarta: Intan Pariwara.


















Analisis Kesalahan Berbahasa pada Blogger Dosen
(Bapak Wahyudi El Panggabean)
                      TUGAS 7
Pada blogger Bapak Wahyudi El Panggabean terdapat empat kesalahan penulisan dari berbagai macam tataran, kesalahan pertama terdapat pada kata “itu”.  Terletak pada kalimat:
a)      Dalam acara yang berlangsung akhir Oktober 2014 di Hotel Pangeran Pekanbaru itu, Kadir yang alumni Prodi Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Riau (FKIP-UIR) itu mengungguli 52 peserta/utusan redaktur media massa yang terbit di Riau.
Kata itu termasuk dalam kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam penggunaan unsur yang berlebihan, karena kata-kata yang mengandung makna yang sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Jadi, bentuk baku penulisan yang benar yaitu:
a)      Dalam acara yang berlangsung akhir Oktober 2014 di Hotel Pangeran Pekanbaru itu, Kadir yang alumni Prodi Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Riau (FKIP-UIR) mengungguli 52 peserta/utusan redaktur media massa yang terbit di Riau.
Kesalahan kedua terdapat pada kata “panitya”, penulisan tersebut merupakan kesalahan berbahasa tataran fonologi dalam perubahan fonem vokal /i/ menjadi fonem konsonan /y/. Seharusnya bentuk baku pada penulisan tersebut adalah “panitia”. Dalam Depdiknas (2008:1015) panitia adalah n kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya; komite.
Kesalahan ketiga terdapat pada kata “sistim”, kata yang salah ini merupakan kesalahan berbahasa tataran fonologi dalam perubahan fonem vokal /e/ menjadi fonem vokal /i/. Bentuk baku yang benarnya adalah “sistem”. Dalam Depdiknas (2008:1320) system adalah n 1 perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas; 2 susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas; 3 metode.
Kesalahan terakhir terdapat pada kata “kursus kilat-red”, ini merupakan kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada penggunaan istilah asing, yaitu pada kata “red” yang artinya “merah”. Kata red sebaiknya tidak digunakan dalam penulisan yang sudah tergabung dengan bahasa Indonesia, karena pada awal kata red, telah tertulis kata “kursus kilat”. Jadi, bentuk baku penulisan yang benar adalah “kursus kilat-merah”.





















DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


















Analisis Kesalahan Berbicara pada Pidato Pemimpin
(Presiden Susilo Bambang Yudoyono)
TUGAS 8
1.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada pidato yang disampaikan oleh Presiden  SBY, terdapat kesalahan pada pembukaan pidatonya, yaitu Presiden SBY menggunakan kesalahan berbahasa dalam penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir. Berikut kesalahannya:
Bentuk tidak baku:
·         Yang sama-sama kita cintai, bapak Baharuddin Yusuf Habibie dan juga yang sama-sama kita cintai bapak M. Jusuf Kala.
Bentuk baku:
·         Yang sama-sama kita cintai, bapak Baharuddin Yusuf Habibie dan bapak M. Jusuf Kala.

2.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Kesalahan berikutnya terletak pada penggunaan usur yang berlebihan pula. Dimana Presiden menyampaikan  kata “para” digunakan berulang kali. Berikut kesalahan dan pengucapan yang bakunya:


Bentuk tidak baku:
·         Yang saya hormati, saudara ketua, para wakil ketua, dan para anggota DPRI.
Bentuk baku
·         Yang saya hormati saudara ketua, wakil ketua, dan anggota DPRI.

3.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Kalimat yang Tidak Logis
            Pada penyampaian pidatonya, Presiden SBY menggunakan kalimat yang tidak logis, yaitu pada kata “memanjatkan”. Seharusnya menggunakan kata yang benar adalah “mengucapkan”. Berikut bentuk kalimat yang bakunya:
Bentuk tidak baku
·            Saya mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur
Bentuk baku:
·            Saya mengajak hadirin sekalian untuk mengucapkan puji dan syukur.

4.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada kalimat “Kehadirat Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt” merupakan kalimat yang menggunakan unsur yang berlebihan. Karena kata yang digunakan sekaligus terdapat dalam kalimat tersebut. Berikut kalimatnya:
     Bentuk tidak baku:
·            Kehadirat Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt.
Bentuk baku:
·            Kehadirat Allah Swt.
5.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada isi pidato, Presiden SBY menggunakan unsur yang berlebihan, Karena kata yang digunakan, sekaligus terdapat dalam kalimat tersebut dan memiliki makna yang sama. Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·         Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri 1 Syawal 1435 H.
Bentuk baku:
·         Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin menyampaikan selamat Idul Fitri 1 Syawal 1435 H.

6.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada kalimat “Seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke” terdapat kesalahan pada penyampaian Presiden SBY. Kesalahannya terletak pada penggunaan unsur yang berlebihan. Kata pada kalimat tersebut mempunyai makna yang sama. Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·      Seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke.
Bentuk baku:
·      Seluruh rakyat Indonesia
·      Rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Marauke.
7.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Kalimat yang Tidak Logis
              Terdapat pula kesalahan pada penggunaan usur yang berlebihan. Presiden SBY menggunakan kalimat yang tidak logis, yaitu pada kata “pendek kata”. Seharusnya menggunakan kata yang benar adalah “singkat kata”. Berikut kesalahan dan pengucapan yang bakunya:
Bentuk tidak baku:
·         Pendek kata saudara-saudara, setelah tujuh dekade merdeka.
Bentuk baku:
·         Singkat kata saudara-saudara, setelah dekade merdeka.

8.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
            Pada isi pidato yang disampaikan Presiden SBY, terdapat kesalahan  pada penggunaan unsur yang berlebihan. Kalimat tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu pengulangan kata ”semakin”. Berikut kalimatnya:
Bentuk tidak baku:
·         Indonesia di abad ke 21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin merdeka, semakin bersatu, semakin damai, semakin makmur, dan semakin demokratis.
Bentuk baku:
·         Indonesia di abad ke 21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin merdeka, bersatu, damai, makmur, dan domokratis.


DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.




















Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Kain Rentang dan
Papan Nama
TUGAS 9
1.      Kesalahan Berbahasa Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dalam Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital






Terdapat kesalahan pada penulisan papan nama bank “mandiri syariah”, sebaiknya penulisan awal kata menggunakan huruf kapital. Karena menunjukkan nama bank, sebaiknya keseluruhan huruf awal menggunakan huruf kapital, dan alangkah baiknya menggunakan kata “bank” di awal kata “mandiri”. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah “Bank Mandiri Syariah”.





2.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis pada Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Terdapat kesalahan pada papan nama, yaitu penulisan nama bank. Karena BRI sudah singkatan dari “BANK RAKYAT INDONESIA”. Jika kita menggunakan  BANK BRI berarti berarti kita mengulang kata yang sudah ada “BANK BANK RAKYAT INDONESIA” jika kita mengulang kata BANK hingga dua kali berarti kita sudah melakukan pemborosan kata. Jadi kita tinggal memilih dan menyesuaikan saja. Jika ingin “BRI” saja boleh atau bisa juga “BANK RI”. Jadi, kesalahan ini merupakan penggunaan unsur yang berlebihan, sebab kata-kata yang digunakan sudah mengandung makna yang sama.







3.      Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Kesalahan Pelafalan karena Penambahan fonem
Terdapat dua kesalahan pada papan nama di atas, kesalahan pertama terletak pada kata “Senen”. Kesalahan tersebut merupakan kesalahan berbahasa tataran fonologi dalam kesalahan pelafalan karena penambahan fonem konsonan /i/ menjadi /e/. Seharusnya huruf /e/ diganti menjadi /i/. Jadi, bentuk baku yang sebenarnya adalah “Senin”. Dalam Depdiknas (2008:1273) kata Senin adalah n hari ke-2 dari jangka waktu satu minggu.
Sedangkan kesalahan kedua terletak pada kata “Jum’at”, kesalahan tersebut  merupakan kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disepurnakan dalam kesalahan penulisan tanda penyingkat (‘). Dalam kaidah bahasa Indonesia, sebaiknya benggunaan tanda tersebut tidak digunakan. Jadi, bentuk bakunya adalah “Jumat”. Dalam Depdiknas (2008:592) kata Jumat adalah n hari ke-6 dari jangka waktu satu minggu.







Pada papan nama di atas terdapat kesalahan penulisan berbahasa dalam pelafalan karena penambahan fonem “al”. Seharusnya penulisan yang benar adalah tidak menggunakan penambahan fonem “al”, sebab bentuk bakunya yaitu “optik”. Dalam Depdiknas (2008:985), kata optik adalah  1 a berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa mata), 2 toko peralatan optik (kacamata).








4.                  Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Susunan Kata yang Tidak Tepat






Pada papan nama di atas terdapat kesalahan penulisan dari segi susunan kata yang tidak tepat, kesalahan ini merupakan pengaruh dari bahasa asing yang menggunakan hokum M-D. Bentuk penulisan menurut kaidah bahasa Indonesia yang benar yaitu menggunakan hukum D-M. Jadi, penulisan yang benar adalah “swalayan ion”.

Pada penulisan nama hotel di atas, masih terdapat kesalahan karena susunan kata yang tidak tepat. Penggunaan nama hotel tersebut masih menggunakan hukum M-D, dalam kaidah bahasa Indonesia sebaiknya saat membuat tulisan harus menggunakan hukum D-M. Jadi, penulisan yang benar adalah “HOTEL PARMA PANAM”.
Terdapat dua kesalahan pada penulisan kain rentang di atas, kesalahan pertama terdapat pada kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam susunan kata yang tidak tepat, yaitu pada kata “Pangesti Salon”. Kesalahannya karena masih menggunakan hukum M-D, dalam kaidah bahasa Indonesia seharusnya menggunakan hokum D-M. Jadi, penulisan yang benar adalah “Salon Pangesti”.
Kesalahan kedua terdapat pada kata Beauty & Treatment, ini merupakan kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam penggunaan istilah asing. Seharusnya, sebagai warga Indonesia yang cerdas, kata bahasa Inggris itu sebaiknya diganti dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar pembaca dapat lebih mudah mengerti. Beauty memiliki arti cantik, sedangkan Treatment artinya perawatan. Jadi, penulisan yang benar adalah “Cantik & Perawatan”.





5.      Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Kesalahan Pelafalan karena Perubahan Fonem
           Terdapat kesalahan pada kain rentang dan papan nama yang ada pada gambar di atas. Kesalahannya terletak pada kesalahan pelafalan karena perubahan fonem vokal /e/ menjadi /i/. Seharusnya, fonem vokal /i/ diganti dengan /e/. Bentuk penulisan baku dalam bahasa Indonesia, sebaiknya menjadi “APOTEK”. Dalam Depdiknas (2008:82) kata apotek adalah n took tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta memperdagangkan barang medis; rumah obat.


6.      Kesalahan Berbahasa Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disepurnakan, Penggunaan Istilah Asing, dan Penambahan Fonem Vokal
Tedapat tiga kesalahan pada kain rentang di atas, pertama terdapat pada kata “DISINI”, kata tersebut merupakan kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disepurnakan dalam penulisan preposisi di. Sebaiknya kata di dan sini diberikan spasi. Karena kata tersebut merupakan menunjukkan tempat. Jadi, penulisan yang benar adalah “DISINI”.
Kesalahan kedua terdapat pada kata “DISCOUNT”, penulisan ini merupakan kesalahan penggunaan istilah asing. Sebaiknya menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang benar, yaitu dengan kata “DISKON”. Depdiknas (2008:333) diskon adalah n potongan harga.
Kesalahan ketiga terdapat pada kata “gedeee”, penulisan tersebut merupakan kesalahan berbahasa tataran fonologi dalam penambahan fonem vokal /e/.  jadi, bentuk bakunya adalah “gede”. Dalam Depdiknas (2008:425) kata gede adalah a besar.






Pada kain rentang di atas terdapat kesalahan pada penulisan “DI JUAL”, kata tersebut merupakan kesalahan penulisan preposisi di. Sebaiknya pada kata tersebut tidak usah menggunakan spasi, karena dijual tidak menunjukkan tempat. Preposisi di digunakan jika menujukkan tempat saja.

7.      Kesalahan Pelafalan karena Perubahan Fonem (Tataran Fonologi) dan Kesalahan Berbahasa Tataran Semantik.
Terdapat dua kesalahan pada penulisan papan nama di atas, kesalahan pertama yaitu perubahan fonem vokal /i/ menjadi /e/. Seharusnya, buntuk baku dari penulisan praktek adalah praktik. Dalam Depdiknas (2008:1098) kata praktik adalah n 1 pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori; 2 pelaksanaan pekerjaan, 3 perbuatan menerapkan teori (keyakinan).
Kesalahan kedua terdapat pada kata “jam”, kata tersebut merupakan kesalahan berbahasa tataran semantik dalam penggunaan kata jam dan pukul. Pada papan nama tersebut sebaiknya menggunakan kata pukul, karena dalam Depdiknas (2008:1113) pukul adalah n saat yang menyatakan waktu, sedangkan kata jam dalam Depdiknas (2008:561) adalah n 1 alat untuk mengukur waktu; 2 waktu yang lamanya 1/24 hari.




8.      Kesalahan Pelafalan karena Perubahan Fonem Vokal







Terdapat kesalahan pada papan nama di atas, yaitu pada kata “BIS”. Kata tersebut merupakan kesalahan pelafalan karena perubahan fonem vokal /u/ menjadi /i/. Penggunaan penulisan yang benar sebaiknya huruf /i/ diubah menjadi /u/. Jadi bentuk baku dari penulisan bis adalah bus. Depdiknas (2008:228) bus adalah n  kendaraan bermotor angkutan umum yang besar, beroda empat atau lebih, dapat memuat penmpang yang banyak.









9.      Kesalahan dalam Penggunaan Istilah Asing dan Perubahan Fonem





Tedapat dua kesalahan pada kain rentang di atas, kesalahan pertama pada penggunaan istilah asing, yaitu bahasa Inggris pada kata shoes. Sebaiknya kata yang digunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, arti dari shoes adalah sepatu.
Kesalahan kedua terletak pada kata “Sendal”, penulisan ini merupakan kesalahan perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/. Jadi, bentuk baku yang benar adalah “Sandal”. Dalam Depdiknas (2008:1218) kata sandal adalah n alas kaki yang dibuat dari kulit, karet.








DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempirnakan. Jakarta: Intan Pariwara.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

















Analisis Kesalahan Berbahasa pada Ceramah Agama Ustad Arifin Ilham
TUGAS 10
Terdapat kesalahan berbahasa pada ceramah agama yang dibawakan oleh Ustad Arifin Ilham dengan judul ceramah “Antara Taubat dan Sakratul Maut”. Berikut pembahasan kesalahan berbahasa yang disampaikan Ustad Arifin:
1.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penjamakan yang Ganda.
Kesalahan pertama terdapat pada penyampaiannya dalam mengucapkan “Arifin senang sekali ditemani para guru-guru”. Kasalahan ini termasuk pada tataran sintaksis dalam penjamakan yang ganda, sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Jadi, penyampaian yang benar pada kesalahan berbicara Ustad Arifin adalah “Arifin senang sekali ditemani para guru”.

2.      Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Perubahan Fonem Vokal
Terdapat kesalahan pada kata “Di gerbang situ, ada ketemu temen”. Kesalahan dalam bidang fonologi pada kata “temen” yaitu terjadinya perubahan fonem vokal yang dilafalkan menjadi fonem vokal. Jadi penulisan yang benar adalah “teman”. Depdiknas (2008:1429) teman adalah n 1 kawan; sahabat, 2 orang yang sama-sama bekerja, 3 yang menjadi pelengkap (pasangan) atau yang dipakai (dimakan) bersama-sama.

3.      Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi Perubahan Fonem Rangkap
Pada kalimat “Sampe bulan ketiga” terdapat kesalahan pada kata “sampe”. Kata tersebut merupakan bentuk dasar yang tidak tepat. Kalau ditinjau dari fonologi, kata sampe merupakan perubahan fonem rangkap “ai” yang dilafalkan menjadi  “e”. Seharusnya pengucapan yang benar adalah “sampai”. Depdiknas (2008:1216), sampai adalah v 1 mencapai; datang; tiba, 2 terbatas, 3 terlaksana, 4 cukup, 5 lebih dari, 6 hingga, 7 mencapai tujuan.  Pengucapan ini merupakan kesalahan dalam bidang penggunaan bentuk dasar yang tidak tepat.

4.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Bahasa Asing
Kesalahan juga terdapat dalam ceramah agama yang disampaikan oleh Ustad Arifin Ilham, dan termasuk pada kesalahan bahasa tataran sintaksis dengan penggunaan istilah asing. Kesalahan ini tepatnya pada kalimat “Oh ya, thankyou”. Kata “thankyou” merupakan penggunaan bahasa Inggris yang artinya “terimakasih”. Jadi penyampaian yang benar adalah “Oh ya, terimakasih”.

5.      Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Perubahan Fonem Vokal
Terdapat kesalahan pada kata “sangking keselnya” Kesalahan dalam bidang fonologi pada kata “keselnya” yaitu terjadinya perubahan fonem vokal yang dilafalkan menjadi fonem vokal. Jadi penulisan yang benar adalah “kesalnya”. Depdiknas (2008:686), kesal adalah a 1 mendongkol; sebal, 2 kecewa, 3 tidak suka lagi.

6.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Bahasa Asing
Kesalahan terdapat dalam ceramah agama yang disampaikan oleh Ustad Arifin Ilham, dan termasuk pada kesalahan bahasa tataran sintaksis dengan penggunaan istilah asing. Kesalahannya tepat pada kalimat “a God”. Kata “a God” merupakan penggunaan bahasa Inggris yang artinya “Tuhan”. Jadi penyampaian yang benar adalah “Tuhan”.

7.      Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Perubahan Fonem Vokal
            Terdapat kesalahan pada kata “Alhamdulillah, mualaf kita yang masuk eslam” Kesalahan dalam bidang fonologi pada kata “esalam” yaitu terjadinya perubahan fonem vokal yang dilafalkan menjadi fonem vokal. Jadi penulisan yang benar adalah “islam”. Depdiknas (2008:549), islam adalah n agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw, berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.

8.      Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
 Pada ceramah Ustad Arifin Ilham terdapat kesalahan dalam penyampaian “Arifin jadi sayang sama semuanya, sayang sama bang Indra, sayang dengan ayah-ayah semua”, kesalahan ini tergolong pada kesalahan berbahasa tataran sintaksis penggunaan unsur yang berlebihan, karena dalam kalimat tersebut digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Jadi, penyampaian yang bakunya adalah  “Arifin jadi sayang sama semuanya”.

9.       Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Perubahan Fonem Vokal
            Terdapat kesalahan pada kata “Pak, anterin dong” Kesalahannya terdapat pada kata “anterin” , kata tersebut termasuk pada kesalahan berbahasa tataran fonologi dalam perubahan fonem vokal. Jadi penulisan yang benar adalah “Pak, antarkan dong”.

10.     Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi dalam Perubahan Fonem Vokal
   Pada penyampaian isi ceramah, terdapat kesalahan pada kalimat “Imamnya Maulana, enak bener”. Tedapat kesalah pada kata “bener”, dalam penulisan bahasa Indonesia, kata “bener” tidak digunakan. Jadi kata yang benar adalah “benar”. Kesalahan ini termasuk pada tataran fonologi, yaitu perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/. Depdiknas (2008:167) kata benar adalah a 1 sesuai sebagaimana adanya; betul; tidak salah, 2 tidak berat sebelah; adil, 3 lurus, 4 dapat dipercaya; tidak bohong, 5 sah, 6 sangat; sekali; sungguh.






DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar